Home » » Prestasi Penghulu Kota Tasikmalaya

Prestasi Penghulu Kota Tasikmalaya

Written By Mujahid on Jumat, 01 Februari 2013 | 01.19

 Selasa, 10 Juli 2012 – Bidang Urais, Zakat & Wakaf
JL. BUNGUR-BANDUNG
KUA Kec. Widasari Kab. Indramayu akan mewakili Jawa Barat pada pemilihan KUA Teladan tingkat nasional setelah keluar menjadi juara pada Pemilihan KUA Teladan tingkat provinsi. Pengumuman ini disampaikan pada Pengukuhan Keluarga Sakinah Teladan dan Kinerja Kepala KUA Teladan tingkat Provinsi Jabar 2012, di Hotel Karangsetra, Jl. Bungursari, Bandung, Selasa (10/7). Posisi kedua dan ketiga diduduki oleh KUA Kec. Kalapa Nunggal, Kab. Bogor dan KUA Kec. Bandung Kidul Kota Bandung.
Sementara itu, pasangan suami istri Zaenudin Ma’sum Ali dan Nurlimah Hamzah asal kota Depok dikukuhkan menjadi keluarga teladan tingkat Jawa Barat tahun 2012. Disusul keluarga Ahmad Hasbullah-Arun Nurhayati, Kota Bogor (Juara II), Ahdi Nuruddin-Anun Nurhayati, Kab. Tasikmalaya (III), Lili Mohamad Amin-Hujaemah Kab. Ciamis (IV) serta M. Nurdin-Lely Camela, Kab. Karawang (V).
Pada kesempatan tersebut disampaikan pula pengumuman penghargaan Musabaqoh Baca Kitab bagi Penghulu dan Petugas KUA. Pelaksanaan MBK berlangsung di Kab. Garut pada pertengahan bulan Mei 2012. Keluar sebagai sebagai juara I Saefudin dari Kab. Cianjur, kemudian disusul oleh Opin dari Kota Tasikmalaya (juara II), dan H. Pathi Ridwan dari Kab. Garut (juara III).
Kakanwil Kemenag Prov. Jawa Barat, H. Saeroji pada kesempatan tersebut menyampaikan “KUA adalah garda terdepan Kementerian Agama karena bagian kementerian yang langsung bersentuhan dengan warga. Jika kinerja KUA bagus dan diakui masyarakat, nama Kementerian Agama akan ikut terangkat.” Kakanwil juga menjanjikan, kepada para juara KUA teladan dan peserta MBK terbaik, akan diberikan kesempatan menjadi petugas haji sekaligus berangkat ke Mekah.
Terkait dengan pelaksanaan MBK, Kakanwil memandang perlombaan tersebut perlu dilakukan karena mulai banyak kritikan terhadap sejumlah petugas keagamaan tentang kemampuan membaca atau mengamalkan Alquran. “Banyak penghulu yang salah melafalkan syahadat ataupun pengetahuannya tentang Alquran kurang,” ujarnya.
Kakanwil sangat prihatin dengan tingginya tingkat perceraian yang terjadi di Jawa Barat. Dari data yang dimilikinya, angka perceraian yang terjadi di Jawa Barat mencapai 10 persen atau 40 ribu dari jumlah pernikahan yang terjadi setiap tahun. “Angka tersebut yang tercatat dan resmi di pengadilan agama. Saya menduga jumlah perceraian lebih banyak lagi dari jumlah di luar yang resmi. Meski resmi atau tidak, tetap saja berbahaya,” ungkapnya.
Permasalahan ekonomi, menurut kakanwil, menjadi latar belakang terjadinya perceraian. Ironisnya tren yang terjadi gugatan perceraian lebih banyak diajukan dari pihak istri dan tidak sedikit perceraian terjadi tidak kurang dari lima tahun usia pernikahan atau perceraian dini.
Kakanwil memandang harus ada langkah nyata dari semua pihak untuk menekan angka perceraian di Jabar. “Langkah mediasi di pengadilan agama, mesti diterapkan semaksimal mungkin. Peran BP4 (Badan Penasihat Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan) diperkuat. Saat ini sepertinya BP4 berkurang fungsinya,” ujarnya.
Menanggapi fenomena tersebut, Asisten Daerah Bidang Kesejahteran Rakyat Pemprov Jawa Barat, H. Aip Rivai, yang mewakili Gubernur Jawa Barat pada kegiatan tersebut, berpendapat bahwa Jawa Barat memang menjadi wilayah yang angka perceraiannya paling tinggi dibandingkan dengan provinsi lainnya, karena Jabar merupakan wilayah yang paling banyak penduduknya yakni lebih dari 44 juta. Menurutnya kegiatan pemilihan keluarga teladan yang diselenggarakan Kementerian Agama menjadi salah satu upaya membantu menekan angka perceraian.
REPORTASE ; Humas Kanwil
Share this article :

Posting Komentar